===============================================================
Gunung Halimun Salak, sebuah taman nasional yang terletak di Jawa Barat, Indonesia. Taman ini berisi dua gunung, yakni Gunung Salak dan Gunung Halimun, dengan koridor hutan sepanjang 11 kilometer.[2][3] Koridor hutan ini menjadi rumah bagi beberapa spesies hewan yang terancam punah serta burung langka.
Letak Taman Nasional
Taman Nasional Gunung Halimun Salak terletak dekat dengan gunung-gunung lainnya, seperti Gunung Gede Pangrango. Namun, untuk mencapai taman nasional ini, kita harus mengambil jalan menuju Sukabumi dan kemudian berkendara selama 2 jam ke post administrasi dan lagi selama 2 jam (30 kilometer) hingga ke gerbang Cikaniki.
Karakteristik Taman Nasional
Taman Nasional Gunung Halimun Salak memiliki ketinggian yang mencapai 1.929 meter, serta beberapa valleu yang masih belum terungkap. Gunung Salak menjadi sumber air yang sangat penting karena curah hujan yang tinggi.[6] Koridor hutan ini menjadi rumah bagi dua ekosistem penting di Gunung Halimun dan Gunung Salak, serta beberapa spesies flora dan fauna yang langka.
Masyarakat di Taman Nasional
Ada sebuah masyarakat adat Kesepuhan yang terdiri dari sekitar 5.300 orang yang tinggal di bagian selatan taman nasional ini. Mereka memiliki desa utama bernama Ciptagelar.[8]
Keanekaragaman Hayati
Taman Nasional Gunung Halimun Salak menjadi salah satu habitat yang aman bagi beberapa spesies yang terancam punah, seperti Javan lutung (Trachypithecus auratus) dan West Javan gibbon (Hylobates moloch moloch). Koridor hutan ini juga menjadi rumah bagi sekitar setengah dari 145 jenis burung yang ditemukan di Pulau Jawa.[4] Chevron Pacific Indonesia, sebuah perusahaan yang memiliki koncessi geothermal sebesar 10.000 hektare, telah berpartisipasi dalam beberapa aktivitas konservasi, seperti menegakkan kamera trap.[3][9]
Data Breeding
Terdapat tiga spesies yang ditemukan bereproduksi di taman nasional ini, yakni:
- Silvery gibbon: Naik dari 54 individu tahun 2008 menjadi 61 individu tahun 2013.
- Javan hawk eagle: Naik dari 10 individu tahun 2008 menjadi 16 individu tahun 2011, namun turun menjadi 11 individu tahun 2013.
- Javan leopard: Naik signifikan dari 6 individu tahun 2008 menjadi 18 individu tahun 2014.
Sumber
- Taman Nasional Gunung Halimun Salak: Visitor Information, (in Indonesian) retrieved 18 May 2010
- Whitten, Anthony J.; Whitten, Tony; Soeriaatmadja, Roehayat Emon; Suraya A. Afiff (1997-07-15). The ecology of Java and Bali. Oxford University Press. p. 213. ISBN 978-962-593-072-5.
- Hans David Tampubolon (July 8, 2013). "Hidden cameras capture endangered species".
- Whitten, Tony and Jane (1992). Wild Indonesia: The Wildlife and Scenery of the Indonesian Archipelago. United Kingdom: New Holland. pp. 128–131. ISBN 1-85368-128-8.
- Foundation, Raptor Research (2003-01-01). The Journal of raptor research. Allen Press. Retrieved 17 May 2010.
Referensi
[1] Taman Nasional Gunung Halimun Salak: Visitor Information, (in Indonesian) retrieved 18 May 2010
[2] Whitten, Anthony J.; Whitten, Tony; Soeriaatmadja, Roehayat Emon; Suraya A. Afiff (1997-07-15). The ecology of Java and Bali. Oxford University Press. p. 213. ISBN 978-962-593-072-5.
[3] a b c Hans David Tampubolon (July 8, 2013). "Hidden cameras capture endangered species".
[4] Whitten, Tony and Jane (1992). Wild Indonesia: The Wildlife and Scenery of the Indonesian Archipelago. United Kingdom: New Holland. pp. 128–131. ISBN 1-85368-128-8.
[5] Foundation, Raptor Research (2003-01-01). The Journal of raptor research. Allen Press. Retrieved 17 May 2010.
Kesimpulan
Taman Nasional Gunung Halimun Salak menjadi salah satu kawasan alam yang paling menarik di Indonesia, dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan beberapa spesies yang terancam punah. Oleh karena itu, perlu ada upaya konservasi yang lebih baik untuk menjaga kelestarian taman nasional ini serta masyarakat adat Kesepuhan yang tinggal di sana.