HAM yang Hilang di Era Orba

HAM yang Hilang di Era Orba

======================================================

Sebagai orang Jawa, wejangan hidup seperti itu perlu untuk anak-anak. Dari wejangan ini membantu mereka membentuk karakter yang jujur. Kejujuran yang sudah ditanamkan oleh Notopramono kepada anaknya (Kasino) dibuktikan oleh ketaqwaan personil Warkop DKI ini yang rajin mengaji.

Ayah Kasino yang Disiplin

Sang ayah selalu berpesan agar Kasino kecil rajin mengaji dengan kakak-kakaknya di masjid. Jika tidak, siap-siap berhadapan dengan lidi, atau rotan sang ayah yang sudah tersedia di depan pintu rumah. Sang ayah selalu melatih kedisiplinan belajar untuk anak-anaknya. Kasino tercatat sebagai salah seorang murid berprestasi di sekolah formal karena nilai matematika yang sempurna, tidak lepas dari peran Notopramono.

Pendidikan yang Berhasil

Ia kerap mengawasi Kasino agar tetap belajar supaya menjadi anak yang pintar. Setidaknya nanti kalau pintar bisa bekerja kantoran seperti Pegawai Negeri. Sebagai anak-anak yang masih penasaran terhadap sesuatu hal yang dilarang, tentu membuat Kasino pernah merasakan kenakalan remaja.

Kenakalan Remaja

Salah satunya pernah berpacaran dan berpegangan tangan dengan lawan jenis. Selain itu Kasino juga pernah berkelahi di sekolah karena dipalak teman sekolahnya yang lebih senior. Meskipun bukan tipe anak yang suka berkelahi, lawannya babak belur dan melapor ke guru. Alhasil Kasino mendapat semprot dari ayahnya yang galak.

Pendidikan yang Berpindah-pindah

Antara lain pernah sekolah di SD Budi Utomo Jakarta, SMPN 51 Jakarta, SMAN 2 Cirebon, dan pindah lagi ke SMAN 22 Jakarta sampai lulus. Hal ini karena pekerjaan seorang ayah pegawai kereta yang mengharuskan hidup berpindah-pindah.

Bermain Komedi dengan Warkop DKI

Menurut Lala Palupi, dkk dalam jurnal berjudul “Penonton dan Film Komedi Warkop DKI: Analisa Psikografi dan Produksi Makna” (2012), profil Kasiono pertama kali tampil di layar kaca bersama Warkop DKI tahun 1979. Film pertama Kasino bersama teman-teman Warkop lainnya berjudul “Mana Tahan”. Diproduksi oleh perusahaan entertainment tersohor bernama PT. Soraya Intercine Film, dengan sutradara kondang Nawi Ismail.

Film Komedi yang Berhasil

Selama produksi film ini, antusias masyarakat Indonesia akan tayangnya film Warkop berjudul “Mana Tahan” ini tak terbendung. Tak jarang areal syuting mereka penuh dengan masyarakat yang ingin bertemu pemeran Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro, dan Nanu M). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Palupi, dkk antusias yang besar ini menandakan keberhasilan Warkop DKI yang paling nyata.

Masyarakat Indonesia yang Antusia

Masyarakat ingin melihat bagaimana gambaran budaya urbanisasi yang kerap disampaikan oleh Kasino dan kawan-kawannya ketika di radio Prambors. Betul saja, ketika film “Mana Tahan” tergambar adegan mereka menggambarkan keadaan urbanisasi (perpindahan masyarakat desa ke kota). Filmnya laris, bahkan badan statistik film resmi Perfini menyebut penonton Warkop terus bertambah setiap harinya. Salah satu yang paling laris dan banyak peminatnya adalah film pertamanya yakni, “Mana Tahan”. Film itu pula yang mengantarkan profil Kasino dan Warkop pada ketenaran.



Dalam era Orba, HAM (Hak Asasi Manusia) yang hilang karena berbagai faktor seperti kejujuran, kedisiplinan, dan pendidikan yang baik. Kita dapat belajar dari pengalaman Kasino sebagai personil Warkop DKI yang rajin mengaji dan memiliki jiwa keras. Dengan demikian, kita dapat membangun karakter yang jujur dan berdedikasi pada pendidikan.