Sejak beberapa tahun terakhir, Bumi kita menghadapi berbagai persoalan yang terkait dengan perubahan iklim. Dalam beberapa bulan terakhir, bencana alam seperti banjir dan gempa bumi telah melanda berbagai wilayah di dunia, termasuk negeri kita sendiri. Menurut laporan Ouest France, tanggal 24 November 2023, sekitar 18,4 juta orang Prancis (lebih dari seperempat penduduk) tinggal di daerah yang rentan terhadap banjir besar-besaran.
Ketika kita menghadapi permasalahan ini, kita seringkali melihat sikap sebagian masyarakat yang tidak peduli dengan konsekuensi perubahan iklim. Mereka berpikir bahwa isu ini hanya fabel dan tidak akan mempengaruhi hidup mereka secara langsung. Namun, kita harus sadar bahwa bencana alam seperti banjir dan gempa bumi bukan hanya masalah bagi orang-orang yang terkena dampaknya, tapi juga memiliki implikasi pada keseluruhan masyarakat.
Sama halnya dengan konflik Israël-Palestine. Sepanjang sejarah, kedua belah pihak telah menimbulkan berbagai korban dan kehilangan. Albert Camus pernah berkata bahwa "Quelle que soit la cause que l’on défend, elle restera toujours déshonorée par le massacre aveugle d’une foule innocente." (Matiya yang dilakukan tanpa alasan oleh massa tidak berarti apa-apa.)
Namun, kita harus sadar bahwa korban tidak hanya terdiri atas orang-orang yang terbunuh atau terluka, tapi juga meliputi para korban lainnya yang tidak langsung terkait dengan konflik. Mereka adalah mereka yang kehilangan rumah tangga, pendapatan, dan masa depan.
Pada akhirnya, kita harus sadar bahwa konflik dan permasalahan sosial seperti ini memiliki hubungan erat dengan kesadaran masyarakat. Kita tidak hanya berbicara tentang korban dan kehilangan, tapi juga tentang bagaimana kita dapat membuat perbedaan pada masa depan.
Saloperies dari Korban
Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat kita telah menimbulkan berbagai "saloperies" (istilah yang biasanya digunakan untuk menggolongkan orang-orang yang memiliki pikiran dan perilaku yang tidak seimbang). Mereka adalah mereka yang menggunakan excuse sebagai alasan untuk melakukan kejahatan. Albert Camus pernah berkata bahwa "Il y a un mot qui ressort fréquemment, c'est celui de victime. Je suis victime donc pas responsable." (Ada kata yang seringkali muncul, yaitu kata 'victime'. Saya adalah korban, jadi saya tidak bertanggung jawab.)
Kita harus sadar bahwa excuse bukan hanya alasan untuk menghindari tanggung jawab, tapi juga memiliki implikasi pada keseluruhan masyarakat. Mereka yang menggunakan excuse sebagai alasan untuk melakukan kejahatan sebenarnya menolak tanggung jawab atas perbuatannya.
Tanggapan
Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat berbagai contoh "saloperies" (istilah yang biasanya digunakan untuk menggolongkan orang-orang yang memiliki pikiran dan perilaku yang tidak seimbang). Mereka adalah mereka yang menggunakan excuse sebagai alasan untuk melakukan kejahatan.
Namun, kita harus sadar bahwa tanggapan terhadap permasalahan sosial seperti ini tidak hanya berupa penghujatan dan ejekan. Kita harus memiliki kesadaran akan konsekuensi perbuatan kita dan berusaha membuat perbedaan pada masa depan.
Catatan
Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat berbagai contoh "saloperies" (istilah yang biasanya digunakan untuk menggolongkan orang-orang yang memiliki pikiran dan perilaku yang tidak seimbang). Mereka adalah mereka yang menggunakan excuse sebagai alasan untuk melakukan kejahatan.
Namun, kita harus sadar bahwa tanggapan terhadap permasalahan sosial seperti ini tidak hanya berupa penghujatan dan ejekan. Kita harus memiliki kesadaran akan konsekuensi perbuatan kita dan berusaha membuat perbedaan pada masa depan.
Referensi
- Ouest France, "18,4 juta orang Prancis tinggal di daerah rentan terhadap banjir besar-besaran", 24 November 2023.
- Albert Camus, "Quelle que soit la cause que l’on défend, elle restera toujours déshonorée par le massacre aveugle d’une foule innocente."